Air Terjun Paling Berbahaya


There is no greater adventure than getting to a waterfall in Lumajang. Well, this time I’m going to tell you about my journey when I visited Coban Sriti in Lumajang. Coban Sriti atau yang juga dikenal sebagai Coban Wolu ini terletak di kecamatan Pronojiwo, tepatnya 150 meter di bawah jembatan Pronojiwo.

Sebelum gue masuk lebih detail tentang bagaimana perjalanan gue menuju Coban Sriti gue mau cerita mengenai keraguan gue sebelum ke sana. Jadi, keraguan itu nggak hanya muncul ketika lo bingung menentukan pekerjaan atau pasangan hidup, keraguan juga bisa muncul di saat seperti ini. Pasti pada nanya, kenapa gue bisa ragu? Tumben banget sih lo ragu Jo? Keraguan gue nggak tiba-tiba muncul tanpa alasan. Sebenernya, sudah dari lama gue pingin banget buat explore ke Coban Sriti ini. Karena perjalanan gue ke Coban Sriti merupakan perjalanan gue yang pertama kali ke sana, tentunya sebelum memutuskan untuk berangkat gue tanya-tanya dulu dong ke ahlinya atau ke orang yang udah pernah ke sana atau minimal browsing di google. Lalu, bertanyalah gue ke si Didin. Didin ini merupakan salah satu anggota dari komunitas Coban yang ada di Malang. Kata dia, medan yang dilalui lumayan berat. Buat sampe ke sana, kita terlebih dahulu melewati 8 sungai. Gue perjelas lagi, D-E-L-A-P-A-N. like this



 Selain jumlah sungai yang harus dilalui ada banyak, arus sungainya juga lumayan deras.


Selain sungai, nanti selama perjalanan kita bakal disambut sama biawak dan kelelawar. Belum lagi medan bebatuan yang harus kita lewati. Kalau kata si Didin, ukuran batunya sebesar warung kopi. Kebayang kan gimana gedenya? In my own opinion, this waterfall is suitable for those of you who enjoy discovering hidden treasure and are game for a trek that can pump up you adrenalin.
Terlepas dari semua keraguan gue, temen gue yang bernama Faiz malah lebih excited. Waktu itu Faiz kebetulan ada project wedding di Surabaya. Gue iseng ngajakin dia buat explore Lumajang. Gue bilang, kalau misalkan dia mau, destinasinya Coban Sriti. Gue juga bilang kalau waktu itu gue lagi ada event Take Over ExploreIndonesia jadi bisa sekalian. Dengan iming-iming yang seperti itu, di luar dugaan gue, si Faiz langsung bilang iya. Ngelihat Faiz yang bisa se-excited itu, keraguan gue langsung ilang. Nggak usah basa-basi, kami akhirnya menjadwalkan kapan waktu yang cocok buat berangkat. Jadi, perjalanan kali ini, selain bareng tim The Wilderness Outdoors ( Tebo, Fahmi, Amor, Abah) gue juga ditemenin sama Faiz.

Kami berangkat dari Surabaya pukul 2 pagi. Seperti perjalan yang sudah-sudah, sekitar pukul setengah empat pagi gue selalu menyempatkan diri buat sarapan dulu di Malang. Walaupun Cuma makan mie instan, yang penting perut gue keisi. Sambil makan, sambil ngobrol, gak kerasa udah ngabisin waktu setengah jam di sana. Nggak mau berlama-lama, setelah itu kami kembali melanjutkan perjalanan.

Pukul 6 pagi, kami menginjakkan kaki di Lumajang. Seperti yang kita semua tahu, Lumajang terkenal akan kopinya. Jadi, selagi ada di Lumajang kami menyempatkan untuk ngopi sejenak untuk meningkatkan power sebelum memulai ekspedisi. Pukul setengah 8 kami mulai berjalan. . Jalur yang kami lewati untuk menuju Coban Sriti sama halnya dengan jalur yang biasa dilewati untuk menuju Kapas Biru. Yang pernah ke Kapas Biri pasti tahu apa saja medan yang harus dilalui. Sedikit info buat yang belum pernah ke Kapas Biru,






jadi medan yang harus dilalui dimulai dari perkebunan salak, kebun bambu, selanjutnya melewati anak tangga yang jumlahnya ada ratusan dan tentunya itu bikin pegel, kemudia yang terakhir kalian akan melewati beberapa petak sawah yang menunjukkan bahwa sebentar lagi akan sampai ke Kapas Biru. Bedanya, ketika akan menuju ke Kapas Biru, setelah melewati beberapa petak sawah tadi kita harus melewati jembatan yang nantinya akan mengantarkan kita ke air terjun. Sedangkan untuk ke Coban Sriti, jalan yang kita ambil berbeda. Sebelum jembatan kita belok ke kanan. Nah, belokannya ini bener-bener susah diketahui karena tertimbun semak-semak.


 So, I recomend you to get a tour guide like what I did. Kalian pasti nggak mau kan kalau salah belok terus nyasar?



Like what I said before, you can find a hidden treasure along the way. Salah satunya adalah air terjun dengan ketinggian dua meter.


 Maybe some of you think that this is a common thing, but for me that view was epic. Karena nggak mau melewatkan view bener-bener keren ini, kami kemudian menyempatkan buat take beberapa video menggunakan drone yang dipiloti oleh Faiz.

Selesai dengan air terjun mini, kami kemudian disuguhi dengan hamparan padang safana. Padang safana di sini agak beda, karena isinya yang Cuma bebatuan dan semak-semak gersang. Well, jujur yang ini agak mengecewakan. Tapi nggak apa-apa, gue yakin bakal ada sesuatu yang lebih keren lagi di depan. Setelah melewati padang bebatuan tadi, sampailah kita di sungai yang pertama.




 Sebenernya, pas dari jauh udah kelihatan di depan bakalan ada sungai, gue langsung deg-degan, mikir yang aneh-aneh masalah arusnya. Pas udah sampai di depan mata, gue agak kecewa karena medan nggak sesuai dengan apa yang gue bayangin.
Sungai pertma berhasil dilalui dengan mudah, begitu pula dengan sungai kedua dan ketiga. Dari situ gue mulai sesumbar, “Segini doang? hal-hal memacu adrenalin yang dari tadi gue bayangin ternyata cuma segini doang?” Gue juga sempet bingung, ini gue yang udah terlalu expert atau emang si Didin kalau cerita suka lebay. haha setelah itu kami sampai gapura atau pintu selamat datang  yang berupa tebing setinggi kurang lebih 100 meter sebagai tanda awal "Welcome to the jungle"




  Tapi itu gak bertahan lama. Namanya orang sesumbar pasti bakal kena batunya. Di perjalanan menuju sungai ke empat, gue lihat tour guide gue mulai mencari-cari kayu.



Dalam hati gue bilang, pasti ada apa-apa nih di depan. Setelah sampai di sungai yang ke empat, gue sempet sedikit kecewa, karena menurut gue pengelihatan gue yang asal-asalan, sungai itu nggak terlalu dalam. Dengan santai gue nyebrang. Langkah pertama, okelah aman, airnya masih semata kaki. Langkah kedua, air usah selutut. Langkah ketiga, arus tiba-tiba kenceng, gue juga gak tau gimana ceritanya tiba-tiba air udah setinggi pinggang gue. Waktu itu, Andi yang berjalan di depan gue, dan gue lihat ternyata air udah setinggi perut dia. Hal yang kurang mengenakkan pun terjadi. Andi yang saat itu sepertinya salah mengambil langkah dan kurang bisa menjaga keseimbangan, terpleset. seketika reflek aku menjulurkan tanganku tapi tak sampai ke abah :' (1/2)


 

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer